selalu ada cinta dalam perbedaan

Jumat, 22 Juli 2011
Teringat sebuah kisah di dalam kontrakan seorang muslim.

Si A berkata “lebih baik kita keluarkan saja dia dari kontrakan, untuk apa dipertahankan. Nanti malah menular pada yang yang lain”.

Lalu si Z menanggapi “lho jangan dulu ukh, berilah ia kesempatan. Kalo dia dikeluarkan lalu bagaimana dengan ia, takkan ada lagi menjaganya. Biarlah ia di sini. Kita coba agar ia mau berubah”.

“tapi ukh.. dia akan membawa pengaruh buruk bagi yang lain”.
“dan bla..bla... begitu seterusnya..

Selalu ada yang berbeda di antara mereka, begitupun kita. Ketika syuro/rapat misalnya, kita selalu menemui karakter-karakter yang berbeda, ada yang lembut tapi bijak, ada yang keras tapi sabar, ada yang hanya pendiam namun merekam dengan seksama dan siap ketika diberi amanah, bahkan ada yang penyampaiannya penuh emosi karena terlalu bersemangat namun yang lain menjadi peredam. Indah sekali.. saling menegur ketika salah, saling menguatkan ketika lemah...ya itulah ikatan persaudaraan dalam mimbar cinta. Selalu mencoba mulia dengan berbuat.

lalu apakah islam menyalahkannya. Tidak! Sama sekali tidak! Islam sama sekali tak mempermasalahkan, islam sama sekali tidak menghapus karakter-karakter khas dari pribadi pemeluknya selama itu tak bertentangan dengan aqidah. Kita lihat sosok Abu bakar, umar dan usman bin Affan. Ya mereka sama-sama sahabat Rasulullah. Tapi mereka begitu berbeda, hingga dalam suatu riwayat dikisahkan, ketika Rasulullah terbaring dalam keadaan betis terbuka, datang abu bakar meminta ijin masuk dan berbincang dan beliau tetap dalam keadaan seperti itu. Lalu Umar datang dan beliau juga tetap dalam keadaan seperti itu. Lalu ketika utsman yang meminta izin masuk, beliau duduk dan merapikan pakaiannya. Ketika utsman keluar, Aisyah menanyakan hal itu dan dijawab,”patutkah aku tidak merasa malu kepada lelaki yang para malaikat pun merasa malu kepadanya. (HR Muslim[2402], dan Ahmad [VI:62])
Ya, utsman adalah sosok yang begitu pemalu, pemurah dan penuh kelembutan. Sebuah riwayat menyebutkan bahwa ketika mandi beliau harus berada dalam rumah, dalam sebuah kamar, dalam sebuah bilik tertutup dan masih harus berselubung kain tebal. Itupun beliau tidk bisa mengangkat punggung dan kepalanya karena malu.

Sedang umar.. ia adalah sosok yang tak pernah menyembunyikan perasaannya, jujur pada dirinya, jujur pada Alloh dan jujur pada manusia, ia tak kenal takut, keras. Sangat keras! Ia mampu membuat orang-orang kafir dan munafik gemerutuk giginya ketika ia melakukan hijrah secara terang-terangan dihadapan mereka, show of force di ka’bah. Namun ada kalanya ia menjadi lembut, sangat lembut, yakni pada saat memimpin.
Indah bukan, nikmatilah karakter para sahabat, sudah saatnya kita mengenal mereka dengan indah. Mengokohkan diri pada nurani bahwa diri ini ingin membersamai mereka. Ya, islam begitu memuliakan semua posisi. Kalau tak memungkinkan menjadi karang yang kokoh di dasar lautan, menjadi rumput nan lembut yang tak goyah dihantam badai pun tetap agung nilainya. Ya, akan tetap agung dalm bingkai ikhlas karenaNya.

Jadi jangan kaget ketika kita menemukan sosok yang berbeda dengan kita. Karena kita sudah belajar dari mereka, para sahabat yang kisahnya terus diabadikan sepanjang sejarah dan menjadi bacaan dan ilmu abadi yang wajib seorang muslim pelajari. Mereka, manusia-manusia biasa yang istiqomah dengan potensi kebaikan yang dimilikinya. Kecendrungan-kecendrungan yang berbeda. Saya sering ketika ingin mengakhiri perdebatan mengatakan “kita berbeda memang, tak pernah sama. Dan selalu berbeda.” Tapi perbedaan itulah yang membuat saya selalu tersenyum hingga sekarang. Dari perbedaan itu, ada warna yang terlukiskan dalam canda membina ukhuwah hingga melukis pelangi di atas cinta.. seakan menunjukkan begitulah kerja-kerja alam yang diatur Sang Maha Pencipta terasa begitu menakjubkan.

Yang dalam perbedaan itu ada kalanya kita beretengkar untuk sebuah tujuan yang mulia, bertengkarpun dengan santun, hingga berakhir dengan keputusan yang mulia. Selalu ada istighfar dan kafarotul majlis yang selalu mengirinya.. membuat perbedaan yang ada menuai ukhuwah yang mempesona, yang didalamnya selalu ada cinta yang bertunas untukNya..

0 komentar:

Posting Komentar