belaian cintaMu

Senin, 25 Juli 2011
jalur ufuk mengemas terang dini hari
curah air di tebing tinggi
tubuh pohon indah bersemi
dahan tangguh berdaun hijau
semua tersusun rapi tiada bertingkah
keindahan yang tak terbantahkan dalam himpunan cintaMu

tiada yang setara denganMu


Tuhan ..

layarkanku ke arah cintaMu

tuntun aku dalam kasihMu

jangan Kau menjauh dariku, walau hanya sedetik saja,

karena begitu lelah rasanya menjauh dariMu

biarkan Engkau jadi saksi, tulus tangisku kala dini hari


biarkan cinta ini bersemi padaMu

biarkan hati ini merasakannya

di situlah rindu memulainya

karena cinta tak pernah meminta,

walau tetap Kau ijinkanku meminta..


karena begitulah cintaMu dihidangkan


Kau tak melahirkan dan tak dilahirkan

ya Alloh tiada duanya Kau untuk di sembah...

laa ilaha ilallah...

semua terjadi atas kehendakmu

tiada Tuhan selainMu yang berhak di sembah


ya Alloh pemerintah alam

tempat mengadu segalanya.....

biarkan kucicipi belaian cintaMu

karena besar cintaMu tiada yang menyetarakan

Bukan Harapku

Minggu, 24 Juli 2011
aq sendiri menatap sepi

Ku ingin tetap ada yang memegangku.........

Semua kosong,, hening tak berani ada yang melontar

Namun seketika itu dia tersenyum malu merajut manja

Ku terhenyak menuai harap..

Namun ku tak pernah mengerti arti cinta

Lidah ini berkelindan terasa kelu dan ngilu

Ku terlalu angkuh untuk mengatakannya........

Maaf ku tak bisa menjawab kerlingan manjamu

Namun tetap ku memanggilmu cinta.........

walau tak berharap kau kan jadi milikku..

Tentangnya..

Hadirnya tak pernah kusadari menoreh rindu yang tak terlukis,
menggamit kasih dalam berseminya cinta,
hatinya untukku anugerah milik Ilahi.

Kepiawaian nya dalam bertutur,
kesopanannya dalam bertingkah,
keluasanya dalam ilmuNya membuatku semakin mengaguminya,

Matanya yang lincah dalam menghindari kerlingan mataku yang tak sengaja menatapnya membuatku semakin ingin melihatnya. Tapi iman tak lagi menginjinkanku melihat kedua kalinya..
Sempat terbersit tanya dalam angan,
apakah ia juga mencintaiku seperti aku yang mencintainya?
Tapi aku tak pernah berani menjawabnya walau hanya dalam bayang2...

Terkadang ia hadir dalam mimpiku, nampak bagai malaikat
ia ada untuk membangunkanku menemuiMu dalam sujud malamku..
ya Alloh apakah dia akan kumiliki?
Hingga akhirnya semua tentangnya menyita perhatianku..

Ahh.. entahlah apa ini hanya sebuah kekaguman atau cinta..,
cinta dan kekaguman sangatlah berbeda tipis,
cinta tetaplah cinta..
Namun kekaguman hanyalah sebuah rasa takjub.

Ya Alloh... jika memang dia benar untukku maka dekatkanlah hatinya dengan hatiku,
namun jika bukan maka damaikanlah hati ini dengan ketentuanMu...
Aku ridho atasnya,

Cinta ini tak pernah ternoda nafsu,
Ku tak ingin membuat cinta ini menjadi buta karena birahiku,
akan tetap kubatasi dengan syariatMu.

Di Ujung Kebimbangan #puisi cinta

Sikap kadang tak sama dengan perasaan yang dirasa. Entah apa itu namanya.
Begitu pula dengan sebuah perasaan membuat sejuta tanda tanya dikala tepat ukurannya
Layaknya sebuah prosa mengatur kata membuat kalimat menjadi indah
Langkah mencoba untuk terhenti karena memang kau tak pantas untukku...

Bukan karena kau tak bercahaya,
tapi karena aku yang telah redup
Bagai si nista yang merindu seorang pangeran...
Kau begitu bercahaya...

Sedangkan aku yang kau tahu aku hanya lah seorang aku...
Yang bisa tersenyum getir ketika kau tiba-tiba lindap di mataku...
Ingin aku membencimu, tapi sunguh ku tak sanggup..

Ahh..inikah cinta, yang tak pernah aku pahami hingga saat ini,
Keraguan melingkupi jiwaku, padahal sejatinya setan ikut berperan ..
Haruskah kuminta ajari cinta padamu yang telah mencintaiku..
Dan aku si angkuh yang takkan pernah mengatakan itu
Maafkan. Aku belum punya jawaban...

selalu ada cinta dalam perbedaan

Jumat, 22 Juli 2011
Teringat sebuah kisah di dalam kontrakan seorang muslim.

Si A berkata “lebih baik kita keluarkan saja dia dari kontrakan, untuk apa dipertahankan. Nanti malah menular pada yang yang lain”.

Lalu si Z menanggapi “lho jangan dulu ukh, berilah ia kesempatan. Kalo dia dikeluarkan lalu bagaimana dengan ia, takkan ada lagi menjaganya. Biarlah ia di sini. Kita coba agar ia mau berubah”.

“tapi ukh.. dia akan membawa pengaruh buruk bagi yang lain”.
“dan bla..bla... begitu seterusnya..

Selalu ada yang berbeda di antara mereka, begitupun kita. Ketika syuro/rapat misalnya, kita selalu menemui karakter-karakter yang berbeda, ada yang lembut tapi bijak, ada yang keras tapi sabar, ada yang hanya pendiam namun merekam dengan seksama dan siap ketika diberi amanah, bahkan ada yang penyampaiannya penuh emosi karena terlalu bersemangat namun yang lain menjadi peredam. Indah sekali.. saling menegur ketika salah, saling menguatkan ketika lemah...ya itulah ikatan persaudaraan dalam mimbar cinta. Selalu mencoba mulia dengan berbuat.

lalu apakah islam menyalahkannya. Tidak! Sama sekali tidak! Islam sama sekali tak mempermasalahkan, islam sama sekali tidak menghapus karakter-karakter khas dari pribadi pemeluknya selama itu tak bertentangan dengan aqidah. Kita lihat sosok Abu bakar, umar dan usman bin Affan. Ya mereka sama-sama sahabat Rasulullah. Tapi mereka begitu berbeda, hingga dalam suatu riwayat dikisahkan, ketika Rasulullah terbaring dalam keadaan betis terbuka, datang abu bakar meminta ijin masuk dan berbincang dan beliau tetap dalam keadaan seperti itu. Lalu Umar datang dan beliau juga tetap dalam keadaan seperti itu. Lalu ketika utsman yang meminta izin masuk, beliau duduk dan merapikan pakaiannya. Ketika utsman keluar, Aisyah menanyakan hal itu dan dijawab,”patutkah aku tidak merasa malu kepada lelaki yang para malaikat pun merasa malu kepadanya. (HR Muslim[2402], dan Ahmad [VI:62])
Ya, utsman adalah sosok yang begitu pemalu, pemurah dan penuh kelembutan. Sebuah riwayat menyebutkan bahwa ketika mandi beliau harus berada dalam rumah, dalam sebuah kamar, dalam sebuah bilik tertutup dan masih harus berselubung kain tebal. Itupun beliau tidk bisa mengangkat punggung dan kepalanya karena malu.

Sedang umar.. ia adalah sosok yang tak pernah menyembunyikan perasaannya, jujur pada dirinya, jujur pada Alloh dan jujur pada manusia, ia tak kenal takut, keras. Sangat keras! Ia mampu membuat orang-orang kafir dan munafik gemerutuk giginya ketika ia melakukan hijrah secara terang-terangan dihadapan mereka, show of force di ka’bah. Namun ada kalanya ia menjadi lembut, sangat lembut, yakni pada saat memimpin.
Indah bukan, nikmatilah karakter para sahabat, sudah saatnya kita mengenal mereka dengan indah. Mengokohkan diri pada nurani bahwa diri ini ingin membersamai mereka. Ya, islam begitu memuliakan semua posisi. Kalau tak memungkinkan menjadi karang yang kokoh di dasar lautan, menjadi rumput nan lembut yang tak goyah dihantam badai pun tetap agung nilainya. Ya, akan tetap agung dalm bingkai ikhlas karenaNya.

Jadi jangan kaget ketika kita menemukan sosok yang berbeda dengan kita. Karena kita sudah belajar dari mereka, para sahabat yang kisahnya terus diabadikan sepanjang sejarah dan menjadi bacaan dan ilmu abadi yang wajib seorang muslim pelajari. Mereka, manusia-manusia biasa yang istiqomah dengan potensi kebaikan yang dimilikinya. Kecendrungan-kecendrungan yang berbeda. Saya sering ketika ingin mengakhiri perdebatan mengatakan “kita berbeda memang, tak pernah sama. Dan selalu berbeda.” Tapi perbedaan itulah yang membuat saya selalu tersenyum hingga sekarang. Dari perbedaan itu, ada warna yang terlukiskan dalam canda membina ukhuwah hingga melukis pelangi di atas cinta.. seakan menunjukkan begitulah kerja-kerja alam yang diatur Sang Maha Pencipta terasa begitu menakjubkan.

Yang dalam perbedaan itu ada kalanya kita beretengkar untuk sebuah tujuan yang mulia, bertengkarpun dengan santun, hingga berakhir dengan keputusan yang mulia. Selalu ada istighfar dan kafarotul majlis yang selalu mengirinya.. membuat perbedaan yang ada menuai ukhuwah yang mempesona, yang didalamnya selalu ada cinta yang bertunas untukNya..
Ketika Iman Menyapa Dalam Ukhuwah

Itulah yang diperbuat keimanan
Membuka mata dan hati
Menumbuhkan kepekaan
Menyirai kejelitaan, keserasian, dan kesempurnaan...
Iman adalah persepsi baru terhadap alam,
Apresiasi baru terhadap keindahan,
Dan kehidupan dimuka bumi,
diatas pentas ciptaan Alloh,
sepanjang malam dan siang..(sayyid kutub)

Pagi merekah dengan udara dingin yang masih enggan untuk menyingkir. Semua manusia bernafas lega ketika ia masih mampu berucap alhamdulillah, ketika telah terbangun sebentar dalam istirahatnya. Ya istirahat yang hanya sebentar. Karena dara bersama teman-teman kontrakannya memilih bangun sebelum bedug subuh berbunyi, melawan dingin dan rong-rongan iblis yang melenakan di bawah guling dan selimut yang hangat.

Mereka membangun cahaya islam bersama Sang Pencipta, larut dalam kekhusuyu’an, syahdu dalam cahaya iman. Setelah selesai tilawah dara dan teman-temannya melanjutkan dalam cengkrama hangat sambil menunggu subuh. Mereka saling bercermin diri, mencoba mewujudkan sabda Nabi bahwa mu’min itu cermin bagi mu’min yang lainnya. mereka saling bertukar ilmu tentang perkembangan tilawah alqur’an dan hafalannya, tentang puasa sunnahnya dan tentang perkembangan mutarobbi mereka masing-masing hingga sampai pada perbincangan pernikahan. Saling tergelak, memberi semangat, menyirami bersama ruh pesona agung dalam persodaraan. Indah sekali.

Betapa indah kebersamaan itu terjalin, berat rasanya untuk melangkah tanpa teman. Kasih dan cinta yang terbina akan selamanya ada dan menuai rasa dalam benak hati setiap orang yang merasakannya, betapa nikmatnya jalinan itu. Jalinan kasih penuh kejujuran, penuh kesederhanaan dan kebersahajaan. Berbagi dalam bahagia, maupun ketika hati merasa galau. Ya disinilah dara dan teman-temannya dipertemukan, ketika ia mulai mengenalkan dirinya pada para wanita muslimah yang terus mengembangkan senyum itu, menawarkan semangat untuk berjuang di medan ini. medan yang kelak akan menambah ilmu walaupun tak semulus kain sutera. Tapi terasa mudah ketika bersama... melantunkan kebahagiaan untuk saling meringankan beban walau hanya sekedar menjadi pendengar keluh kesah sahabat-sahabatnya.

Dara bukanlah seorang yang cantik jelita, kaya raya,.. ya dia hanya wanita biasa yang terkadang masih suka ngambek, seorang wanita yang masih suka rewel dan bingung ketika mau makan dan berangkat kuliah, tapi lagi-lagi para sahabatnyalah yang kembali membuatnya tersenyum dengan menyediakan sarapan paginya, dengan sabar membantu mencarikan buku-buku kuliahnya karena ia terkadang tak sempat mempersiapkan di malam sebelumnya. Membantu mengeluarkan motornya dari garasi, ya mereka para sahabat-sahabatnya yang begitu peduli.

Betapa beruntungnya seorang dara... dia sangat bersyukur di rumah memiliki keluarga yang hangat, di kampus ia bersama-sama teman-temannya menebarkan kehangatan itu dengan indah, tak ada yang wah dan mengada-ngada.. semua berjalan dengan sederhana, dalam kepiawaian saling mengerti bukan meminta untuk dipahami. Dalam ketulusan untuk sekedar menghargai bukan berlomba untuk lebih dulu meminta dihargai. Jalinan aneh ini.. entah berawal dari mana. Boleh saya menyebutnya... jalinan ini berawal dari iman.. berawal dari ketulusan .. ya, jalinan ini berawal dari sebuah senyuman.
Tapi adakalanya melihat dalam tayangan televisi, bahkan dalam realita pun kita sering menemui seorang gadis cantik, memiliki kepopuleran dan kemegahan harta justru begitu sulit mendapat kebahagiaan layaknya dara ketika menjalin kebersamaan bersama teman-temanya.. ketika saya boleh berpendapat maka apa yang kurang..ya karena jalinan yang si gadis bersama teman-temannya lalui hanyalah jalinan karena kepopuleran, gersang dan kering tidak ada sikap saling membangun untuk terus melakukan perbaikan, jadi ketika sang gadis kehilangan kepopulerannya niscaya ia akan ditinggal teman-temannya.

Ya begitulah kehidupan. Kita berhak memilih, dan memilih punya alasan, temasuk dalam pertemanan. Memilih mencari teman yang apa adanya, sederhana, saling membangun , mengerti dan memahami tak peduli ia kaya maupun miskin, tak mempermasalahkan maupun ia cacat, tak menjadi yang utama apakah ia memiliki kepopuleran ataupun tidak. apapun yang pasti ia tetap punya iman. Ya karena orang yang punya iman akan membuat orang yang berada di sekelilingnya merasa aman dan nyaman.
Atau.. kita berteman hanya karena alasan sekedar mencari kepopulerannya semata atau bahkan hanya karena kekayaannya saja. Pilihlah.. dan rasakan efeknya, bergelora atau hanya biasa-biasa saja...rasakanlah ketika iman menyapa dalam ukhuwah hingga bertemu dalam atmosfer cinta. Bergelora, meluap dan tampil dengan serasi dalam kedhsyatan bumi cinta persaudaraan. Persaudaraan tanpa ikatan darah namun mampu membuat para malaikat cemburu.

Begitu sulit mencari ukhuwah sejati yang membuat kita untuk lebih dekat padaNya. Berkumpul bersama yang dalam perkumpulan itu kita mengingat Alloh, agar Alloh kelak mengingat kita dalam perkumpulan yang lebih baik. Yang di sana kita bisa menjumpai wajah sodara kita yang jenaka, yang pendiam, dan yang tampak lelah karena terlalu banyak amanah. Tapi subahanalloh.. ini adalah cahaya yang bergetar dahsyat di antara mereka. Ia bergetar untuk menjadi refleksi jiwa, percepatan perbaikan diri dan perbaikan sodaranya sesama muslim dalam medium galaksi cinta...^_~